Hati-hati jika suka main campur (menggabung) antara jamu dengan komponen kimiawi obat. Bisa berbahaya bagi tubuh.
foto: istimewa |
Efek dari penggabungan ini konon memang
mujarab, manfaat dan khasiatnya bisa langsung terasa. Justru inilah yang
menjadi masalah.
Kodein merupakan obat pereda rasa nyeri, yang bisa menimbulkan kantuk pada beberapa penggunanya. Sedangkan efedrin kerap digunakan sebagai pelega pernapasan dan hidung tersumbat. Sementara konsumsi teofilline bertujuan merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos terutama bronkus pada penderita asma.
2. Pegagan dengan obat pengencer darah
Tanaman tersebut bersifat melancarkan peredaran darah. Bila dikonsumsi bersama aspirin atau warfarin berisiko menyebabkan perdarahan organ.
3. Ginseng dengan obat jantung
4. Bawang putih, pare, dengan obat penurun kadar gula darah
5. Lidah buaya dengan obat pencahar
Kabar
menarik ini dinyatakan oleh dr. Aldrin Nelwan SpAK, ahli obat-obatan
tradisional, Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, mengutip health.kompas. Menurut Aldrin, jamu diramu dari herbal
yang unsur-unsurnta mengandung mineral, tumbuhan, dan hewan. Interaksi salah
satu bahan penyusun jamu dengan zat kimia obat berisiko menimbulkan efek yang
tidak terduga dan membahayakan tubuh.
Karena
itu, ia menghimbau agar masyarakat tidak mencoba mencampur keduanya. Reaksi
dari perpaduan tersebut, bisa beragam. Bisa lambat hingga cepat,
bergantung pada tubuh pengguna. Tingkat reaksi juga berkisar ringan hingga
parah, yang bergantung pada jenis, dosis, dan frekuensi konsumsi. “Kita tidak
tahu, akan macam apa reaksi yang nanti muncul. Makanya, lebih baik tidak perlu
dicoba,” tegasnya.
Contoh yang
Digabung
1. Teh
atau Daun Jambu
Konsumsi
jamu yang mengandung tanin dapat mengurangi penyerapan tubuh terhadap
obat-obatan berbahan kodein, efedrine, dan teofilline. Untuk meningkatkan
efektivitas obat, sebaiknya hindari jamu berbahan herbal dengan rasa sepat,
misalnya daun jambu biji dan teh.
Kodein merupakan obat pereda rasa nyeri, yang bisa menimbulkan kantuk pada beberapa penggunanya. Sedangkan efedrin kerap digunakan sebagai pelega pernapasan dan hidung tersumbat. Sementara konsumsi teofilline bertujuan merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos terutama bronkus pada penderita asma.
2. Pegagan dengan obat pengencer darah
Aspirin dan warfarin kerap diresepkan untuk
mencegah penyumbatan pembuluh darah. Jika mengonsumsi obat-obat tersebut,
sebaiknya hindari bawang putih, jahe, ginseng, pegagan, dan nanas. Selain itu,
waspadai pula kandungan dan shen dan dang qui, yang terdapat dalam ramuan
sinse.
Tanaman tersebut bersifat melancarkan peredaran darah. Bila dikonsumsi bersama aspirin atau warfarin berisiko menyebabkan perdarahan organ.
3. Ginseng dengan obat jantung
Ada beberapa jenis tanaman bahan jamu yang
dapat memengaruhi kerja obat jantung, misalnya ginseng, buah senna, licorice,
dan ma huang. Tanaman ini berisiko menganggu ritme denyut jantung.
4. Bawang putih, pare, dengan obat penurun kadar gula darah
Beberapa
bahan jamu seperti bawang putih, pare, dan adas bersifat menurunkan kadar gula
darah. Sebelum mengonsumsi sebaiknya konsultasikan terlebih dulu dengan dokter,
terutama bila konsumen adalah pengguna insulin.
5. Lidah buaya dengan obat pencahar
Mengonsumsi
obat pencahar sebaiknya tidak dibarengi lidah buaya atau buah senna. Kedua
tanaman ini mampu menunda penyerapan obat. Lidah buaya dan buah senna juga
dapat melemahkan otot usus, sehingga berisiko menyebabkan ketergantungan jika
dikonsumsi dalam waktu lama.
6. Tanaman kumis kucing dan obat diuretik
6. Tanaman kumis kucing dan obat diuretik
Beberapa tanaman seperti keji beling,
tempuyung, dan kumis kucing bersifat melancarkan buang air kecil. Jika
dikonsumsi bersama obat antihipertensi dan diuretik memang dapat menambah
efektivitas. Namun, buang air kecil yang berlebihan meningkatkan risiko
kekurangan kalium. Frekuensi buang air kecil yang terlalu sering juga
meningkatkan risiko infeksi saluran kandung kemih.
Tulis Komentar:
0 komentar: