Ia adalah anak dari kiai ternama di Jawa Timur. Tetapi ia sangat doyan main judi, keluar masuk dunia prostitusi, dan suka mabuk-mabukan. Sebagai putra ulama besar, ia benar-benar membuat malu keluarga besarnya. Bagaimana mungkin anak seorang ulama besar sampai memiliki tindakan amoral macam itu?
Dunia
pesantren sempat guncang karena kabar asusila tersebut. Bagaimana
tidak, ia adalah putra seorang ulama besar yang diakui ulama-ulama di
kancah nasional di daerah Kediri. Banyak kiai-kiai lain yang geram dan
marah atas perilaku tak bermoral tersebut. Bagaimana pun ia berasal dari
pesantren besar, aspek keteladanan menjadi hal paling ditekankan.
Sebab, ia akan menjadi panutan semua orang.
Sosok
itu dikenal dengan nama Gus Miek. Ia sudah kenyang malang-melintang di
dunia hitam. Bukan hanya di daerah Kediri, tetapi juga di daerah-daerah
lain. Kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, Jember dan bahkan
daerah ibunya kota-kota tanah air, yaitu daerah Jakarta.
Di dunia pesantren, terdapat istilah yang paling harus dijauhi oleh para santri, umat Islam khususnya, yaitu mo-limo; madat,
minum, zina, mabuk dan judi. Namun Gus Miek menerobosnya. Kerap ia
malam-malam mendatangi wilayah prostitusi dan main dengan para pelacur.
Memasuki gemerlapnya dunia malam diskotik, dugem dan main judi serta
mabuk-mabukan.
Khusus soal berjudi, setiap kali keluar dari suatu tempat untuk main judi, dia bisa membawa sekarung yang semuanya berisi uang karena selalu menang judi. Bahkan, dia hampir tak pernah kalah dalam soal main judi. Banyak bandar bangkrut karenanya. Bahkan sampai ada bandar-bandar yang karena kehabisan modal, lantas memilih bunuh diri. Bukan hanya karena malu, tetapi karena sudah tak punya apa-apa lagi.
Demikian
juga soal mabuk. Gus Miek menantang siapa saja yang merasa jago minum
agar bertanding minum, siapa yang lebih tangguh dan lebih jago minum.
Tentu saja, tak satu pun yang mampu mengalahkannya.
Tindakannya
soal main pelacur juga tak kalah. Berkali-kali ia keluar masuk dunia
hitam tersebut. Sebagai putra seorang ulama ternama, perbuatan sangat
buruk ini tentu saja sangat-sangat memalukan. Bukan hanya keluarga
besarnya sendiri, tetapi juga seluruh masyarakat yang merasa pesantren
sebagai pusat dan sumber keteladanan. Sumber mencari kedahagaan
spiritual. Tempat di mana mereka belajar menjadi hamba-hamba yang lebih
baik.
Respon Gagalnya Dakwah
Yang
sangat menarik, unik dan di luar dugaan semua orang, apa yang dilakukan
Gus Miek ternyata terdapat misi visioner yang tak diketahui banyak
orang. Sebab, banyak para pelacur, penjudi, dan para pemabuk yang
kemudian lantas bertaubat dan kembali menjadi hamba-hamba yang baik
setelah bertemu dengan Gus Miek. Mereka kembali ke tengah masyarakat dan
menjadi anggota masyarakat yang baik.
Memang kasus yang aneh.
Semua
orang terpana. Setelah mengetahui apa yang dihasilkan oleh Gus Miek,
semua orang berbalik menaruh harapan. Bahkan para ulama yang semula
menghujat dan memvonis perilaku Gus Miek, berbalik menyambut Gus Miek
dengan tangan terbuka.
Mengapa
Gus Miek melakukan proses dakwah yang begitu aneh dan bahkan sepertinya
menyalahi hukum syariat? Saya tertarik di bagian ini. Sebab,menurut Gus
Miek, sudah banyak pengajian di mana-mana. Bahkan ada juga yang sampai
berteriak-berteriak kampanye tentang syiar agama, hingga menutup
tempat-tempat terjadinya pusat kemaksiatan.
Meskipun
demikian, tak ada perubahan berarti. Kemaksiatan tetap merajalela.
Tempat-tempat yang menjadi pusat kemaksiatan terus menjamur. Istilahnya,
anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Inilah
alasan kenapa Gus Miek sampai terjun menggunakan pola dakwah ekstrem
dan berbeda. Ia melihat pasti ada yang salah dalam prosesi kampanye
kebenaran dan dakwah yang sudah ada selama ini. Makanya, meski syiar
dakwah menggema di mana-mana, tetap tak membuahkan hasil memadai.
Tentu
yang mengherankan, bagaimana cara Gus Miek agar tidak mabuk meski sudah
minum sangat banyak. Bagaimana cara Gus Miek main judi sehingga
mengalahkan semua jagoan perjudian dengan telak. Dan bagaimana cara Gus
Miek menata gejolak hawa nafsu ketika berhadapan dengan para pelacur.
Dan hingga bagaimana cara beliau berdakwah sehingga banyak di antara
mereka yang benar-benar bertaubat.
Soal
dunia perjudian, ada kisah yang menarik. Sepulang dari berjudi, Gus
Miek ditemani salah seorang yang menjadi santrinya. Di tangannya ia
memegang karung besar. Apalagi isinya jika bukan uang hasil menang judi?
Kalau
tak salah ingat, di tengah perjalanan, Gus Miek tiba-tiba ingin
meminjam uang pada santri tersebut. Sebab ia mengaku sedang kehabisan
perbekalan. Si santri menyahut, “Loh gimana sih Gus? Lhaa, jenengan kan
sedang megang uang sekarung? Kok bilang sedang nggak punya uang?” tanya
santrinya bingun plus heran.
“Ngawur
kamu!” jawab Gus Miek tegas. “Ini uang panas. Tak boleh diambil untuk
keperluan kita,” begitu Gus Miek menyahut kebingungan sang santri.
Antara bingung dan tak percaya dengan jawaban Gus Miek, saya sebagai
pembaca tak dapat menahan tawa. Luar biasa!
Perjalanan kehidupan dan dakwah Gus Miek ini sudah ini sungguh menarik untuk ditelaah. Tersimpan banyak
kearifan di balik sesuatu yang tampaknya buruk dan hitam. Mengajarkan agar tak gampang berprasangka. Tak gampang memvonis orang lain.
Bahwa semua orang, betapapun buruknya, tetap adalah hamba-hamba Tuhan.
Kisah-kisah Gus Miek ini diulas lengkap oleh penulis ternama M. Nurul Ibad. Ia telah menetaskan setidaknya tiga buah buku yang khusus mengupas sepak terjang Gus Miek. Berikut judul-judul bukunya yang telah terbit, “Jalan
Trabas Gus Miek”, “Suluk Jalan Trabas Gus Miek”, dan “Biografi
Perjalanan Gus Miek”.
Tetapi bisa dikatakan, ketiga buku best seller tersebut kini termasuk buku yang langka. []
Tetapi bisa dikatakan, ketiga buku best seller tersebut kini termasuk buku yang langka. []
Tulis Komentar:
0 komentar: