Alam juga makhluk. Mereka memiliki keajaiban
logika kejiwaannya sendiri. Di Indonesia yang dikelilingi gunung merapi,
mengharuskan yang menempatinya wajib mengenal karakter alam. Di antara
keajaiban alam tersebut bisa dilihat di salah satu pulau di daerah Banyuwangi,
yaitu Pulau Merah. Di pulau ini, tragedi tsunami telah menghilangkan satu
keajaiban dan memunculkan keajaiban yang lain. Saya berkesempatan
menikmati sensasi pulau ini pekan lalu.
Gerimis hujan mewarnai pantai Pulau Merah di senja hari. Dari sela-sela gerimis, sejumlah gulungan ombak tampak berputar, meliuk kemudian bergiliran menuju landai pantai.
Suasananya semakin menakjubkan oleh pemandangan sejumlah bukit berselimut kabut yang berbaris menjadi garis batas laut di kejauhan. Barisan bukit tersebut terasa janggal, begitu mata menoleh ke sisi lain. Tampaklah sebuah bukit yang lebih menyerupai bongkahan batu besar, menjulang ke angkasa seakan mengambang di permukaan laut.
Berikutnya, begitu mata menoleh ke pinggiran pantai. Betapapun hujan lebih deras yang diikuti besarnya gulungan ombak, anehnya justru mengundang para wisatawan berlarian menuju tengah laut.
Mereka pun menghantamkan tubuhnya pada putaran ombak. Bahkan, wisatawan lain yang semula bersantai di tenda payung di pinggir, ikut berhamburan. Di antaranya membawa alat selancar dan menggiringnya di atas laju ombak. Asyik bermain dengan gulungan ombak Pulau Merah, seakan tidak ada kesan takut di benak mereka jika nantinya bakal terseret ombak ke tengah lautan. Ya, inilah dari sekian sensasi berwisata ke Pulau Merah.
Meskipun
ombaknya besar, gelombang ombak pantai Pulau Merah memang tidak membahayakan, sehingga
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang ingin berenang sembari
dihantam gulungan ombak. Tingginya gulungan ombak bisa mencapai dua meter, dan
panjangnya 200 meter. Tidak heran, jika pantai ini betul-betul menjadi surga
bagi para peselancar pemula. Terlebih, pantai satu ini juga tidak memiliki
banyak batu karang, sehingga sangat aman dijadikan lokasi belajar bermain
selancar.
Daya
tarik lainnya adalah denganya adanya banyak pohon-pohon Pandan yang tumbuh di sekitar pantai. Akar-akarnya
yang berukuran besar menjuntai di permukaan. Menambah rasa eksentrik keunikan
pantai Pulau Merah.
Dihantam Tsunami
Menariknya,
selama satu jam lamanya menikmati keindahan Pulau Merah, belum terlihat juga adanya
warna merah sehingga pantai tersebut berhak dijuluki Pulau Merah. Yang
kelihatan hanyalah lingkaran bukit memukau di kejauhan, ditambah adanya
gundukan bukit paling besar yang tingginya sekitar 200 meter.
Namun
demikian, terdapat sejumlah mitos yang melingkari pulau tersebut sehingga
akhirnya dijuluki sebagai Pulau Merah. Mitos-mitos tersebut, di antaranya ada yang menyebutkan
karena warna tanah dan pasirnya yang terlihat kemerahan, terutama jika memasuki
musim kemarau. Sayangnya, saat mengunjungi Pulau Merah, suasananya
sedang musim hujan, bahkan disambut gerimis yang perlahan menjadi deras.
Selain tentang merahnya tanah dan pasir
di sekitar pantai, ada juga yang mengaitkannya dengan mitos bahwa di zaman dulu
pernah terpancar warna merah dari batu paling besar yang tingginya sekitar 200
meter tersebut. Ada fenomena berikutnya terkait penamaan Pulau Merah, yaitu
karena terdapatnya kumpulan kelelawar besar yang berwarna merah di dalam gua
sehingga pulau tersebut disebut Pulau Merah.
"Menurut legenda, barang siapa yang masuk ke gua kelelawar merah dan melihat manusia dia akan menerima rezeki yang luar biasa," tutur Bu Iyem, salah satu pedagang tenda payung dan aneka jajanan dan minuman.
Soal mitos penamaan Pulau Merah, Bu Iyem punya kisah berbeda. Menurutnya nama Pulau Merah sebetulnya berhubungan dengan bukit batu yang tingginya 200 meter tersebut. Ia melanjutkan, bukit tersebut pada mulanya tidak terlihat hijau seperti sekarang. Sebelum tahun 1994, bukit tersebut gersang tanpa adanya tumbuhan apapun, sehingga tampak sebagai onggokan batu yang berukuran sangat besar. Daya tarik bukit batu tersebut, yaitu jika diterpa sinar matahari yang membuat bukit batu tersebut memunculkan warna merah terang. Warna tersebut jadi daya tarik, di antara lingkaran bukit lainnya yang hijau pepohonan.
"Menurut legenda, barang siapa yang masuk ke gua kelelawar merah dan melihat manusia dia akan menerima rezeki yang luar biasa," tutur Bu Iyem, salah satu pedagang tenda payung dan aneka jajanan dan minuman.
Soal mitos penamaan Pulau Merah, Bu Iyem punya kisah berbeda. Menurutnya nama Pulau Merah sebetulnya berhubungan dengan bukit batu yang tingginya 200 meter tersebut. Ia melanjutkan, bukit tersebut pada mulanya tidak terlihat hijau seperti sekarang. Sebelum tahun 1994, bukit tersebut gersang tanpa adanya tumbuhan apapun, sehingga tampak sebagai onggokan batu yang berukuran sangat besar. Daya tarik bukit batu tersebut, yaitu jika diterpa sinar matahari yang membuat bukit batu tersebut memunculkan warna merah terang. Warna tersebut jadi daya tarik, di antara lingkaran bukit lainnya yang hijau pepohonan.
"Nah, pada Tahun 1994 di sini terjadi tsunami. Entah kenapa sehabis tsunami bukit batu tersebut jadi subur. Tumbuh pohon-pohon di atasnya," kisah Bu Iyem. Memang, batu besar tersebut sudah menghijau oleh pepohonan yang tumbuh di atasnya. Menurut penuturan Bu Iyem, tsunami tersebut menyebabkan perumahan dan kampung di sekitar pantai hilang ditelan gelombang. Kini, kampung dan perumahan tersebut sudah banyak berdiri pepohonan.
“Bukit batu itu sebenarnya bisa sampean kunjungi. Kalau air surut, bisa jalan kali, namun jika sedang pasang harus naik perahu. Sewanya 20 ribu,” katanya.
Peluang Bisnis
Kengerian pernah dihantam tsunami, sebagaimana umumnya
masyarakat Indonesia yang rawan bencana, tetap disikapi sebagai bagian dari
kodrat kehidupan yang diterima harus. Tidak terkecuali bencana besar yang
mendera Pulau Merah yang menghilangkan perkampungan di sekitarnya. Alih-alih
trauma, keindahan dan keajaiban fenomena alamnya tetap menarik minat para
peraup rezeki demi asal dapur tetapi mengepul.
Berbagai bisnis minuman, makanan dan jualan tenda
payung marak di sekitar Pulau Merah, termasuk Bu Iyem. Ia tetap memilih kembali
membangun gairah memburu peluang. Di pulau ini, ia berjualan sejak tahun 1985.
Peluang bisnis memang cukup menjanjikan di pulau wisata aset Pemerintah
Banyuwangi itu. Betapa tidak, jika di hari-hari biasa, ia memperoleh keuntungan
normal sebesar 200 ribu, labanya bisa menungkat drastis di hari-hari
libur. Ia bisa meraup untung sampai 1
juta rupiah. Laba terbesar jika memasuki moment liburan hari raya, omzetnya
menanjak berkali-kali lipat.
“Kalau libur hari raya, jumlahnya bisa 5 jutaan,”
katanya.
Omzet tersebut ia peroleh, selain dari hasil jualan minuman, seperti minuman degan, air mineral, dan kopi, serta jajanan dan makanan, juga berasal dari sewa tenda payungnya yang sejumlah 12 tenda payung.
Omzet tersebut ia peroleh, selain dari hasil jualan minuman, seperti minuman degan, air mineral, dan kopi, serta jajanan dan makanan, juga berasal dari sewa tenda payungnya yang sejumlah 12 tenda payung.
“Perjam, sewanya sebesar 20 ribu,” katanya.
Tulis Komentar:
0 komentar: