Sebuah kayu terdampar di pantai Tanjung Perak. Warga yang tahu, segera membuangnya lagi ke tengah laut. Aneh. Kayu itu balik lagi. Sampai berkali-kali terjadi. Diyakini sisa puing Kapal tersebut merupakan milik kapal Laksamana Cheng Hoo. Betulkah?
"Karena selalu
balik, warga anggap itu benda keramat. Lantas dikurung di perempatan jalan
Tanjung Perak itu. Sekarang nama tempat tersebut dikenal dengan Prapat
Kurung," kisah Tan Tjian Hwee. Saat saya menghadiri perayaan kelahiran sang
Laksamana di Klenteng Mbah Ratu. Tan Tjian Hwee adalah ketua Yayasan Mbah Ratu yang terletak di Jl. Demak, Surabaya itu.
Sebetulnya sudah lama saya ingin berkunjung ke Klenteng Mbah Ratu. Apa pasal? Ditemukannya puing kapal tersebut mengingatkan saya pada kisah pertempuran besar raja Madura dengan sosok Dempo Awang yang diyakini sebagai Laksamana Cheng Hoo.
Sebetulnya sudah lama saya ingin berkunjung ke Klenteng Mbah Ratu. Apa pasal? Ditemukannya puing kapal tersebut mengingatkan saya pada kisah pertempuran besar raja Madura dengan sosok Dempo Awang yang diyakini sebagai Laksamana Cheng Hoo.
Lain daripada itu. Penuturan
Tan Tjian membuat ingatan saya menggelinding ke sejumlah bahan bacaan yang
pernah saya lahap mengenai Laksamana Cheng Hoo. Saya berpikir, betapa luar
biasanya sosok satu itu.
Bayangkan saja, kisah tentang keunikan, kebaikan dan kepahlawanan Laksamana Cheng Hoo tidak hanya berada di satu tempat. Akan tetapi ada di banyak tempat di tanah air. Dalam catatan sejarah yang ada, disebutkan terdapat sembilan tempat yang pernah disinggahi sang Laksamana.
Di masing-masing tempat yang disinggahi tersebut, memiliki kisah dan legenda sendiri. Bukan hanya meninggalkan kisah dan legenda, tapi juga diperkuat oleh masih adanya jejak situs yang ditinggalkan. Walhasil, sosok Laksamana tidak lagi sekedar dongeng, tapi memang betul-betul ada dan terjadi.
Bayangkan saja, kisah tentang keunikan, kebaikan dan kepahlawanan Laksamana Cheng Hoo tidak hanya berada di satu tempat. Akan tetapi ada di banyak tempat di tanah air. Dalam catatan sejarah yang ada, disebutkan terdapat sembilan tempat yang pernah disinggahi sang Laksamana.
Di masing-masing tempat yang disinggahi tersebut, memiliki kisah dan legenda sendiri. Bukan hanya meninggalkan kisah dan legenda, tapi juga diperkuat oleh masih adanya jejak situs yang ditinggalkan. Walhasil, sosok Laksamana tidak lagi sekedar dongeng, tapi memang betul-betul ada dan terjadi.
Taruh saja saat
Laksamana sampai di Palembang. Di sana, namanya dikenang karena pernah membantu
masyarakat mengusir para perompak yang sering melakukan kejahatan. Laksamana
menumpas habis keberadaan para perompak tersebut, sehingga keamanan masyarakat
sekitar kembali pulih.
Heroisme Laksamana dalam membantu masyarakat Palembang tersebut, juga bisa ditemukan di daerah lainnya. Karena itu, tentunya wajar jika kemudian namanya selalu harum sampai mampu bertahan sangat jauh hingga enam abad lamanya.
Heroisme Laksamana dalam membantu masyarakat Palembang tersebut, juga bisa ditemukan di daerah lainnya. Karena itu, tentunya wajar jika kemudian namanya selalu harum sampai mampu bertahan sangat jauh hingga enam abad lamanya.
Jokotole dan Misteri Puing
Kapal Laksamana Cheng Hoo
doc-.tribunnews.com |
Kembali soal nama Laksamana Cheng Hoo yang juga muncul dalam cerita tutur di Madura dalam babad Sumenep, ditemukannya puing kapal Laksamana Cheng Hoo ini tentu saja sangat menarik. Sebab dalam cerita tutur tersebut menceritakan sosok Dempo Awang, yang juga diyakini tak lain adalah Laksamana Cheng Hoo, bertempur dengan raja Madura di Sumenep yang legendaris, yaitu Jokotole.
Dengan kata lain, apakah sisa puing kapal tersebut merupakan bukti tentang pernah ada perang atau pertempuran antara pasukan Jokotole dengan pasukan Laksamana Cheng Hoo di masa silam? Tentu saja, keyakinan bahwa Dempo Awang adalah sosok Laksamana Cheng Hoo masih sangat perlu didalami kembali. []
Tulis Komentar:
0 komentar: