Translate

slider

Terbaru

Navigasi

Pesona Ziarah ke Pulau Madura



Dibandingkan dengan etnis lain di Indonesia, Madura identik dengan dua hal yang saling bertolak-belakang, yaitu citra kekerasan di satu sisi dan citra nyentrik, penuh empati, dan religisiutas di sisi yang lain. Persepsi tersebut memang aneh.

Namun sebenarnya, pulau Madura memiliki fakta unik dan sangat menarik dijelajahi, yaitu pesona spiritual luar biasa yang tampak dari kebudayaan yang jauh lebih lekat dengan fenomena keagamaannya, seperti situs-situs ziarah yang banyak dikunjungi dari berbagai daerah.

Banyak situs ziarah yang memiliki nilai sejarah dan keteladanan yang kuat terdapat di pulau garam tersebut yang mungkin masih belum banyak diketahui orang. Situs-situs tersebut terdapat hampir di semua wilayah di Madura.
  
Situs ziarah pertama yang paling terkenal begitu masuk pulau Madura adalah situs makam ulama besar yang dikenal dengan nama Mbah Kholil. Perannya sangat besar di nusantara. Sebab, para santrinya bukan hanya ikut serta menjadi ulama besar di tengah umat, tetapi juga punya peran penting dalam membebaskan nusantara dari penjajahan Belanda.

poto | mutakhorij-assunniyah.blogspot.com

Salah satu santrinya, KH. Hasyim  Asyari, menjadi pelopor perlawanan atas Belanda pada 10 November 1945. Perang tersebut dianggap perang paling mematikan karena mampu menghancurkan militer adidaya di era Perang Dunia II. Karena kekuatan keteladanan dan kekeramatannya tersebut, Mbah Kholil diyakini sebagai sosok waliyullah.

Untuk berziarah ke makam Mbah Kholil, dari arah kota Bangkalan, menuju arah barat sekitar 700 meter. Di lokasi tersebut akan tampak sebuah gapura bertuliskan “Anda memasuki Desa Mertajesah”. Lokasi makam berada di dalam masjid di desa tersebut. Dalam  catatan juru kunci makam, pengunjung setiap hari rata-rata 400-700 orang.

Jumlah peziarah bisa berlipat-lipat jika bertepatan dengan hari besar Islam. Di bulan Ramadan misalnya, peziarah bisa sampai 1.000 orang. “Bahkan ada peziarah tirakat sebulan penuh dalam bulan puasa itu,” kata H Syamsul, juru kunci makam.

Selain situs makam, sekitar dua kilometer dari pesarean KH Moh Kholil,  terdapat sebuah belik ukuran 9 x 4 meter yang dikeramatkan penduduk. Airnya tidak pernah habis, meski saat kemarau. Menurut kepercayaan, air dari belik Langgundi bisa untuk mengobati segala macam penyakit. Mbah Kholil sendiri hidup antara tahun 1835 M-1925, dan masih keturunan ketujuh dari Sunan Gunung Jati, Cirebon.

Selain situs makam Mbah Kholil, ada juga situs makam seorang wanita yang terkenal sebab kekeramatan doa dan baktinya sebagai seorang istri. Ia adalah Syarifah Ambami, istri dari Raden Praseno. Seorang raja yang berkuasa atas seluruh Madura yang bergelar Cakraningrat.  

Di antara doanya memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar kelak tujuh turunannya dapat ditakdirkan menjadi penguasa pemerintahan Pulau Madura. Ketika doa ini diceritakan kepada suaminya, ternyata suaminya (Raden Praseno) marah kenapa berdoa hanya untuk 7 turunan saja.

Karena merasa bersalah, Syarifah kembali bertapa dan berdoa. Dalam pertapaan tersebut, ia berdoa dengan tangis yang tak henti. Masyarakat Bangkalan kemudian menggelarinya dengan Rato Ebu. Sampai sekarang tempat pertapaan tersebut, menjadi situs bersejarah yang oleh warga sekitar dinamakan Makam Aer Mata Ratu Ibu, terletak di Dusun/Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.

poto: raka-sanasini.blogspot.com

Situs lainnya berada di Kabupaten Pamekasan, yaitu di situs makam Batu Ampar. Situs ini pernah diziarahi oleh mantan Presiden paling kontroversial, yaitu KH Abdurrahman Wahid, atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Gus Dur.  Di daerah Sumenep lokasi ziarah yang sangat terkenal, yaitu situs makam Asta Tinggi. Makam para ulama dan penguasa Sumenep. Makam ini termasuk unik karena berada di puncak bukit.

Tadabbur Alam

Berziarah ke Madura tak hanya memberikan sentuhan spiritual melalui situs-situs ziarahnya, tetapi juga mampu menggetarkan sentuhan spiritual melalui fenomena kebesaran, keagungan dan keelokan alam ciptaan Tuhan di sepanjang perjalanan mengitari pulau nan mungil di pinggir laut tanah Jawa tersebut.

Sensasi kebesaran Tuhan tersebut langsung bisa terasa sejak di pintu masuk pulau Madura, yaitu karya emas tangan manusia berupa jembatan Suramadu yang menjadi pintu gerbang masuk menuju Pulau Madura. Jembatan terpanjang tersebut, memiliki daya tarik yang luar biasa. Bukan hanya bagi warga Indonesia, tetapi juga warga negara asing.

Sensasi keistimewaan jembatan Suramadu sebenarnya sudah terasa sebelum kaki menginjak jembatan. Wisatawan disambut oleh panorama pantai Kenjeran. Dari sudut ini, kita bisa merasakan kekuatan sensasi yang sangat menghibur. Sebab, di bawah kaki jembatan Suramadu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membuat taman yang indah dinikmati.

Kita bisa dengan leluasa menikmati keindahan dan luasnya laut. Jejeran perahu nelayan dan berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Apalagi jika di malam hari. Lampu warna-warni yang menghiasi jembatan cukup meredakan lelah dari denyut kerja keras di siang hari. Sensasi berikutnya ketika kita sudah menapaki ruas demi ruas jalanan di atas jembatan dengan berkendara.

Jika air laut sedang pasang, birunya air laut dan gelombangnya cukup mempesona untuk dipandang sesekali. Sensasi menegangkan tentu saja jika air laut sedang surut. Berkendara di atasnya terasa menggetarkan nyali. Betapa tidak, jembatan terasa berada di atas awang-awang.

Rasa berkendara pun bercampur aduk, antara rasa takut dan rasa takjub. Namun sensasi tersebut sebenarnya belum seberapa, yaitu jika kecepatan angin sedang kuat-kuatnya. Gerak kendaraan sepeda motor bisa melambat dan miring sesuai arah angin, karena tekanannya yang kuat. Penulis pernah mengalami ini. Angin yang besar tenaganya, mampu membuat posisi kendaraan oleng. Praktis, laju kecepatan terpaksa hanya menggunakan satu gigi. Sungguh mendebarkan, sekaligus menjadi pengalaman berpetualang yang tak terlupakan.

Sensasi Garis Pantai 


Sensasi berikutnya selama jalan-jalan di Madura adalah pinggiran pantainya yang berada di jalan raya utama. Meski tampaknya mungil, garis pantai yang mengitari pulau Madura, sesungguhnya begitu panjang melebihi pulau Jawa. Ada banyak pulau di sini, jumlahnya sekitar 78 pulau. Karena itu, sebenarnya cukup beralasan jika dikatakan garis pantai tersebut bakal cukup menyegarkan dan memukai di sepanjang perjalanan menelusuri Madura sejak awal kali memasuki gerbangnya, yaitu jembatan Suramadu.

Para peziarah bisa menikmati keindahannya yang berjejer sepanjang perjalanan. Posisi jalan raya utama yang berbatasan langsung dengan batas pantai sangat nikmat dicecap mata. Tentu, tak setiap jalan raya utama bersinggungan dengan pantai. Ada selang-seling antara pegunungan berbukit, daratan dan garis pantai.

Jika masih banyak waktu, peziarah bisa singgah sebentar  di lokasi-lokasi wisata unik dan tak terdapat di daerah lain di tanah air, seperti situs api yang selalu menyala sepanjang waktu dan tak pernah padam di daerah Pamekasan.
 
 

 

Bagikan
Banner

Mnews.web.id

Tulis Komentar:

0 komentar: