Translate

slider

Terbaru

Navigasi

Tee Boen Liong: Etnis Tionghoa yang Terjun di Dunia Dalang

Wayang dan Dalang merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dengan kebudayaan Jawa. Tetapi sosok satu ini mungkin pengecualian. Terlahir dari etnis Tionghoa, kehidupannya malah tak pernah lepas dari dunia wayang, dalang dan kebudayaan Jawa, bahkan sejak ia masih kanak.
Tee Boen Liong

Dunia pedalangan memang bukanlah dunia yang gampang ditekuni sembarang orang. Selain penguasaan atas cerita-cerita dunia pewayangan, dipadu dengan seni menceritakan serta memainkan wayang, tantangan tak kalah rumitnya adalah penguasaan atas bahasa dan sastra Jawa yang digunakan dalam dunia pewayangan.

Tidak heran, jika hanya orang tertentu saja yang mau terjun di dunia pedalangan. Namun demikian, rupanya kerumitan dunia pedalangan tersebut tak menjadi hambatan bagi dalang asal etnis Tionghoa ini, Tee Boen Liong. Ia telah menekuni dunia pedalangan sejak tahun 1975.

Kini, berbagai tempat di Nusantara telah disinggahinya untuk pentas. Sebagai orang yang terlahir dari etnis Tionghoa, menekuni dunia pewayangan tentu bukanlah hal yang umum. Lalu, apa yang menjadi daya tarik dunia wayang bagi Tee Boen Liong?

Banyak falsafah dan materi kehidupan yang dapat kita ambil dalam kenyataan sehari-hari, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang mendatang. Sebab apa? Secara tak langsung, wayang itu sebenarnya adalah sebuah tontonan yang memperoleh tuntunan. Itulah kenapa sampai sekarang saya sangat menikmati profesi saya sebagai seorang dalang, ucap pria kelahiran April 1965 ini.

Tee Boen Liong sendiri tak memungkiri bahwa memang tak mudah belajar dunia pewayangan. Bahkan ia sendiri dulunya sama sekali tidak mengerti tentang isi yang disampaikan dalam wayang, karena unsur bahasanya yang tak umum. Tetapi menonton wayang itu saya senang sekali, bahkan meskipun saya tidak mengerti bahasanya satu pun, katanya.

Tee Boen Liong melanjutkan, ia diperkenalkan dunia wayang oleh kakeknya. Setiap kali ada pentas wayang, ia pasti diajak serta. Sang kakek juga memiliki wayang orang. Jika ada kesempatan, Tee Boen Liong sesekali belajar memainkan. Hingga suatu waktu, sang kakek pun membelikannya satu kotak wayang. Ia pun makin keranjingan belajar mendalang sendirian.

Soal bahasa, saya memang benar-benar tidak mengerti. Mungkin karena kebiasaan mendengar dan terus mendengar, kemudian saya senang mempraktekkan, lama-lama saya bisa menguasainya sedikit demi sedikit, kata Tee Boen Liong bercerita.

Hobi memainkan wayang Tee Boen Liong, selanjutnya mendapatkan perhatian oleh salah seorang teman kakeknya. Kepada sang kakek, dia menyarankan agar Tee Boen Liong dimasukkan les saja, sebab menurutnya sang cucu tampak sangat berbakat. Saran tersebut ternyata diiyakan. Mulailah Tee Boen Liong  mulai secara serius. Kemampuan mendapatkan tantangannya pada hari Agustusan.

Ketika itu  itu 17 Agustus 1975, untuk pertama kalinya pentas mendalang di depan banyak orang. Sambutannya sangat luar biasa. Banyak tepuk tangan. Sejak itu, semangat semakin kuat terjun di dunia dalang, tambahnya.

Bakat mendalang Tee Boen Liong bertambah terasah, saat di tahun 1979, tepatnya sewaktu ia kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), bakatnya tersebut ditempa langsung oleh maestro pewayangan legendaris asal Jawa Tengah, yaitu alm. Ki Narto Sabdo. 

Terbukti, dalam sebuah lomba mendalang, ia menyabet juara 1 se-Jawa timur. Dari Jatim ia naik panggung Jakarta, ia berhasil masuk 10 besar tingkat nasional. 

Sejak saat itu, setiap kali ada event yang dihadiri tamu-tamu asing di pemerintahan kota Surabaya maupun provinsi, saya pasti diundang untuk pentas, katanya []
Bagikan
Banner

Mnews.web.id

Tulis Komentar:

0 komentar: