Nama Mbah
Bolong atau Mbah Sonhaji cukup terkenal di kalangan para pecinta ziarah
Walisongo. Kekeramatannya dalam menemani Sunan Ampel menyelesaikan proyek
pendirian masjid di Surabaya menjadi cerita-tutur yang lestari turun-temurun.
Masalahnya, Mbah Sonhaji diyakini sebagai leluhur orang-orang Madura. Benarkah?
makam Mbah Bolong atau Mbah Sonhaji |
Nama
Mbah Sonhaji muncul ketika Sunan Ampel sedang sibuk menyelesaikan proyek
pendirian masjid pertama di Surabaya. Ada kisah tersendiri kenapa Mbah
Sonhaji kemudian memperoleh julukan Mbah
Bolong.
Salah satu hal yang sangat
penting dalam perintisan masjid tersebut adalah menentukan arah kiblat
menjadi kerumitan tersendiri. Mbah Sonhaji pun tampil ke depan untuk
menyelesaikan kerumitan itu. Tetapi orang-orang masih merasa ragu, apakah
penentuan arah kiblat oleh Mbah Sonhaji itu benar ataukah tidak.
Menyadari munculnya
keraguan itu, Mbah Bolong hanya tersenyum. Lalu, ia melubangi tembok
masjid. Kepada orang-orang, ia menyuruh mereka untuk melihat Ka’bah dari lubang
tersebut. Ajaib. Ternyata melalui lubang tersebut Ka’bah bisa kelihatan.
Orang-orang terkesima atas kekeramatan Mbah Sonhaji. Sejak itu, Mbah
Sonhaji lebih dikenal dengan julukan Mbah Bolong.
Leluhur Orang Madura, Benarkah?
Pendapat
bahwa Mbah Bolong adalah leluhur orang-orang Madura datang dari sejarawan
Madura, yaitu Hosnanijatun. Dalam bukunya yang berjudul, Babad
Sampang, Hosnanijatun menyebutkan kalau Mbah Sonhaji sesungguhnya tidak
lain adalah Lembu Peteng.
Berdasarkan sumber-sumber
sejarah, Lembu Peteng adalah keturunan Prabu Brawijaya V yang menetap di
Madegan, Sampang, Madura. Di Madegan, ia dipercaya sebagai kamituwo. Kelak,
anak-anak turun Lembu Peteng merintis pusat-pusat kekuasaan (kerajaan) yang
baru di Pamekasan dan Bangkalan. Dengan kata lain, Lembu Peteng adalah
leluhur raja-raja di Sampang, Bangkalan dan Pamekasan.
Lalu, bagaimana sejarah
terbentuknya hubungan antara Lembu Peteng dengan Sunan Ampel?
Pertemuan Lembu
Peteng dengan Sunan Ampel, dimulai ketika tanah Jawa mengalami guncangan.
Terjadi perebutan kekuasaan di keraton Majapahit oleh Dyah Ranawijaya yang
menyebabkan terbunuhnya sang raja, yakni Bhre Kertabumi. Peristiwa ini
menimbulkan kekacauan hingga di daerah-daerah bawahan, banyak dari mereka
melepaskan diri dari Majapahit dan menjadi merdeka.
Di tengah
situasi serba tak menentu tersebut, Lembu Peteng mendengar berita gencar
tentang tokoh yang sedang populer di daerah Surabaya. Karena penasaran, ia pun
menuju Surabaya. Menurut Babad Tanah Jawi, Lembu Peteng sempat membuat
kekisruhan di padepokan Sunan Ampel, bahkan hampir menikam sang Sunan.
Berkat derajat
spiritualitas dan kemuliaan akhlak sang Sunan, Lembu Peteng luluh. Bahkan ia
memutuskan untuk memeluk agama Islam. Sejak itu, ia juga tinggal di padepokan
Sunan Ampel. Mendalami agama Islam ke Sunan Ampel hingga akhir hayatnya. Ia
juga dimakamkan di situs pemakaman Sunan Ampel.
Kisah Lembu
Peteng yang mengabdi pada Sunan Ampel hingga akhir hayatnya inilah yang sangat
menarik. Sebab dinyatakan oleh Hosnanijatun bahwa Lembu
Peteng nantinya lebih dikenal dengan julukan Mbah Bolong. Kalau
saja pernyataan ini benar, tepatlah jika dikatakan bahwa Mbah
Sonhaji adalah leluhur orang-orang Madura.
Sejauhmana kebenarannya,
tentunya masih memerlukan penggalian data lebih lanjut. Sebab dalam
beberapa sumber ada yang menyatakan bahwa Mbah Sonhaji sebetulnya bukan asli
Jawa, tetapi datang dari luar Nusantara. Ada yang menyebutkan kalau asalnya
dari Yaman dan profesinya sebagai nakhoda kapal []
Tulis Komentar:
0 komentar: