Beberapa kali mendapat serangan dari musuh yang mengincar keraton Sumenep, raja Sumenep satu ini selalu berhasil lolos dari sergapan. Karenanya, ia juga memperoleh julukan Pangeran Lolos. Bagaimana kisah seru di belakangnya?
Nama aslinya adalah Raden Alza. Ia adalah keponakan dari
Pangeran Djimat yang berkuasa di Sumenep (1707-1737). Karena tidak memiliki putera,
maka pemerintahan Sumenep diserahkanlah kepada Raden Alza. Ia naik tahta Sumenep
dengan gelar Tjokronegoro.
Dalam bukunya, Selayang Pandang Madura, Abdurahman menceritakan
tentang kisah Raden Alza. Ketika Raden Alza memerintah Sumenep, terjadi dua
kali serangan yang kuat terhadap keraton Sumenep. Tetapi dalam dua kali
serangan tersebut, Raden Alza selalu lolos dari sergapan musuh.
Serangan pertama muncul dari pasukan Pangeran Cakraningrat
yang berkuasa di Madura barat. Saat itu, Pangeran Cakraningrat merasa kesal dengan
kompeni yang telah ingkar janji untuk memberikan Jawa timur kepadanya. Perjanjian
antara Pangeran Cakraningrat dengan pihak kompeni terjadi saat Jawa dicekam
bahaya oleh pemberontakan orang-orang Tionghoa yang terkenal dengan Geger
Pecinan.
Saat itu, Juni 1742, keraton Mataram di Kartasura berhasil diduduki oleh pasukan
Tionghoa yang juga berkoalisi dengan orang-orang Jawa. Raja Mataram kala itu, Pakubuwono II, terpaksa mengungsi ke
Ponorogo. Meskipun akhirnya dibantu Kompeni, namun tetap tak berdaya melibas
kekuatan koalisi Tionghoa-Jawa.
Satu-satunya kekuatan saat itu yang memiliki kemampuan untuk
melumpuhkan aliansi Tionghoa-Jawa hanyalah pasukan Pangeran Cakraningrat di
Madura barat. Untuk melunakkan hati Pangeran Cakraningrat, kompeni berjanji
memberikan Jawa timur kepadanya. Pangeran Cakraningrat dan pasukannya pun turun
gunun dan
Peta kemenangan segera berubah. Pada November 1742, Keraton Kartasura yang dikuasai aliansi Tionghoa-Jawa dijebol oleh Pangeran Cakraningrat. Tetapi kompeni ingkar janji. Jawa timur tidak pernah diserahkan kepadanya. Pangeran Cakraningrat kesal. Ia pun angkat senjata. Jawa timur direbutnya. Termasuk Madura. Di Sumenep, raja Sumenep yang kala itu adalah Raden Alza, berhasil menyelamatkan diri dari sergapan pasukan Pangeran Cakraningrat yang dipimpin oleh Sosrodiningrat
Pada tahun 1749, kembali terjadi pergolakan besar di Madura.
Dikobarkan oleh tokoh yang terkenal dengan sebutan Ke Lesap. Sumber-sumber
setempat menyebutkan, Ke Lesap adalah putra Cakraningrat V dengan istrinya asal
desa Pocong. Disebut-sebut ia memiliki cita-cita besar untuk menguasai seluruh
Madura.
Untuk daerah yang dijadikannya menghimpun basis militer
adalah di Sumenep. Tepatnya di gunung Payudan yang cukup legendaris dengan
legenda Potre Koneng dan Pangeran Adipoday. Ketika merasa cukup kekuatan, Ke
Lesap mulai turun gunung Payudan menguasai desa-desa di sekitar. Hingga
sampailah pasukannya di keraton Sumenep. Lagi-lagi, Raden Alza selamat dari
kepungan musuh. Bersama keluarganya, ia segera menyelamatkan diri ke Surabaya.
Karena selalu lolos dari sergapan musuh hingga dua kali
inilah, Raden Alza lantas dijuluki Pangeran Lolos []
Tulis Komentar:
0 komentar: