Ajal atau Kematian. Adalah rahasia yang Mahakuasa. Tidak ada yang mengetahui selain-Nya. Kita juga tak pernah tahu dengan cara apa kita kelak ketika berhadapan dengan pintu gerbang kematian. Menurut Ustad Prof. Dr. KH. Ali Aziz, MA, kematian itu perlu disambut dengan sebaik-baiknya penyambutan.
Salah satu kunci rahasia kematian adalah kebiasaan-kebiasaan
yang melekat dalam diri kita sepanjang menjalani kehidupan. Jika saja
kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah kebiasaan-kebiasaan yang buruk maka kita
akan menghadapi kematian dengan kebiasaan-kebiasaan itu juga. Kalau saja kita
terbiasa memaki-maki maka ketika kematian menghampiri, kebiasaan memaki-maki
itu akan keluar dengans sendirinya
“Sebaliknya, jika sepanjang perjalanan hidupnya
ia memiliki kebiasaan yang baik, seperti kebiasaan bertasbih, berbuat baik,
berdzikir atau bahkan punya kebiasaan membaca ayat-ayat Al-Quran, maka
demikianlah pula kelak saat ajal datang menjemput. Ia akan menjemputnya dengan
kebiasaan-kebiasaan baik tersebut, di mana ia akan spontan mengisinya dengan
berdzikir atau membaca ayat Al-Quran,” demikian disampaikan oleh Ustad Prof.
Dr. KH. Ali Aziz, MA dalam Pengajian Akbar di Masjid Cheng Hoo.
Ustad Ali Aziz lantas menceritakan salah
satu pengalamannya ketika sedang menjenguk seorang pasien di sebuah rumah
sakit. Ketika ajalnya menjemput dan kedua matanya mulai menutup, anehnya, dari
mulutnya ia masih sempat-sempatnya membaca sebuah surat dalam Al-Quran, yaitu surat
Yasin.
“Rupa-rupanya, semasa beliaau masih hidup,
membaca surat Yasin telah menjadi kebiasaannya sehari-hari. Hal ini ternyata
tetap terbawa saat ajal atau kematian menjemputnya,” katanya.
Latih
Kebiasaan
Setiap hamba tentunya berharap kebaikan
dalam menghadapi ajal, sebagaimana seorang pasien yang mati dalam keadaan
membaca surat Yasin. Tetapi tentu, tak setiap orang mengetahui langkah-langkah
seperti apa untuk mempersiapkan. Menurut Ustad Ali Aziz, pertama-tama yang
harus dilakukan adalah menumbuhkan kebiasaan sehari-hari.
“Sebagaimana pasien yang wafat dalam keadaan
membaca surat Yasin tadi, maka demikianlah kita. Marilah mulai dari sekarang kita
biasakan untuk sering-sering baca yasin. Jadikanlah surat Yasin sebagai bacaan
sehari-hari. Untuk apa? Agar sewaktu
kita mau meninggal, kebiasaan membaca surat Yasin tersebut dapat muncul
sendiri,” katanya.
Ustad Ali Aziz melanjutkan, selain
membiasakan sehari-hari membaca surat Yasin, bisa juga mensehari-harikan
membaca kalimat-kalimat tauhid. Kita bisa melafalkan kalimat-kalimat tersebut
di mana pun kita berada dan beraktivitas. Dengan demikian, saat ajal datang,
spontanitas mulut kita pun melafalkan dzikir-dzikir kalimat tauhid.
“Lakukan dalam aktivitas apapun kita. Ketika
sedang jalan-jalan pagi, jadikanlah irama jantung berderak kalimat tauhid. Ketika
sedang memasak, jadikanlah irama jantung berderak kalimat tauhid. Ketika sedang
kumpul-kumpul, jadikanlah irama jantung berderak kalimat tauhid,” katanya.
Di zaman sekarang yang serba gadged,
lanjutnya, banyak orang yang mengabaikan waktu, yaitu dengan hanya menghabiskan
waktu dengan gadgednya. Bahkan, ketika sedang kumpul-kumpul pun, masing-masing
sibuk dengan gadgednya. Padahal, waktu-waktu tersebut bisa dimanfaatkan
sedemikian baik dengan banyak berdzikir.
“Jika kita memiliki waktu-waktu kosong, mari
isi dengan membaca surat Yasin, kalimat-kalimat tauhid. Jangan lupa kalimat lailahaillah
itu maknanya lebih besar dari alam semesta dan isinya,” katanya.
Sisi lain yang sangat penting dari melatih
kebiasaan-kebiasaan beribadah di mana saja tersebut, jelas ustad Ali Aziz, tak
lain agar kita memiliki kemandirian dalam menghadapi kematian kapan pun
datangnya. Kita tak lagi menggantungkan diri pada orang-orang terdekat kita
untuk mengingatkan atau mengajak kita untuk melafalkan kalimat tauhid.
“Sebab apa? Kapan waktu kematian tidak ada
yang tahu, kecuali Allah saja,” katanya.
Tulis Komentar:
0 komentar: