Translate

slider

Terbaru

Navigasi

Gertakan Penguasa Kediri Pada Raja Pamekasan

Dalam gejolak politik-kekuasaan Majapahit, perang saudara telah meruntuhkan ibu kota Majapahit di Trowulan. Pemenang perang kemudian memindahkan ibu kota ke Daha, Kediri. Menariknya, penguasa Kediri ini pernah menggertak keraton Pamekasan agar tunduk di bawah kendali Kediri.

Dalam sejumlah sumber, sejarah lebih mencatat banyaknya keluarga keraton Majapahit yang menyingkir ke Blambangan atau Bali. Namun catatan sejarah rupanya mengabaikan fakta keberadaan keluarga Majapahit yang juga menyingkir ke lokasi lain, contohnya yang lari ke pulau Madura.

Pelarian politik keluarga keraton Majapahit ini kemudian membangunkan peradaban di Madura. Sehingga berdirilah sejumlah kerajaan. Tokoh keluarga keraton Majapahit tersebut di antaranya adalah Lembu Peteng.

Keraton Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, itu sebenarnya yang mendirikan adalah keturunan-keturunan Lembu Peteng.

Diceritakan, Lembu Peteng kemudian wafat di padepokan Sunan Ampel.

Nah. Ada catatan menarik terkait kerajaan di Kediri yang telah berhasil membumi hanguskan keraton Majapahit di Trowulan itu. Di mana sang raja mengirim utusan ke keraton Pamekasan.

Sang utusan kemudian menyampaikan surat raja Kediri. Berisi tekanan agar Pamekasan tunduk di bawah kekuasaan Kediri. Raja Pamekasan yang kala itu adalah Arya Mengo, tegas menolak tunduk.

Sayangnya, tak ada cerita tentang seperti apa kelanjutan tekanan yang ditolak Arya Mengo tersebut. Apakah kerajaan Kediri kemudian memperkuat tekanan, atau bahkan mengirimkan pasukan.

Tetapi besar kemungkinan, keinginan raja Kediri untuk memperluas wilayah, terbentur oleh kerajaan Demak. Catatan sejarah menyebutkan, Demak marah ke raja Kediri. Karena dianggap telah bersekutu dengan orang asing, yaitu Portugis. Kediri kemudian diserang, sehingga lenyaplah kekuasaan di Kediri

Dengan runtuhnya Kediri di tangan Demak, keraton Pamekasan kembali pada masa-masa damai.

Dalam gejolak politik-kekuasaan Majapahit, perang saudara telah meruntuhkan ibu kota Majapahit di Trowulan. Pemenang perang kemudian memindahkan ibu kota ke Daha, Kediri. Menariknya, penguasa Kediri ini pernah menggertak keraton Pamekasan agar tunduk di bawah kendali Kediri.

Dalam sejumlah sumber, sejarah lebih mencatat banyaknya keluarga keraton Majapahit yang menyingkir ke Blambangan atau Bali. Tetapi penulis sejarah itu rupanya mengabaikan fakta keberadaan keluarga Majapahit yang juga menyingkir ke lokasi lain, contohnya yang lari ke pulau Madura.

Pelarian politik keluarga keraton Majapahit ini kemudian membangunkan peradaban di Madura. Sehingga berdirilah sejumlah kerajaan. Tokoh keluarga keraton Majapahit tersebut di antaranya adalah Lembu Peteng.

Keraton Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, itu sebenarnya yang mendirikan adalah keturunan-keturunan Lembu Peteng.

Diceritakan, Lembu Peteng kemudian wafat di padepokan Sunan Ampel.

Nah. Ada catatan menarik terkait kerajaan di Kediri yang telah berhasil membumi hanguskan keraton Majapahit di Trowulan itu. Di mana sang raja mengirim utusan ke keraton Pamekasan.

Sang utusan kemudian menyampaikan surat raja Kediri. Berisi tekanan agar Pamekasan tunduk di bawah kekuasaan Kediri. Raja Pamekasan yang kala itu adalah Arya Mengo, tegas menolak tunduk.

Sayangnya, tak ada cerita tentang seperti apa kelanjutan tekanan yang ditolak Arya Mengo tersebut. Apakah kerajaan Kediri kemudian memperkuat tekanan, atau bahkan mengirimkan pasukan.

Tetapi besar kemungkinan, keinginan raja Kediri untuk memperluas wilayah, terbentur oleh kerajaan Demak. Catatan sejarah menyebutkan, Demak marah ke raja Kediri. Karena dianggap telah bersekutu dengan orang asing, yaitu Portugis. Kediri kemudian diserang, sehingga lenyaplah kekuasaan di Kediri.

Dengan runtuhnya Kediri di tangan Demak, keraton Pamekasan kembali pada masa-masa damai. []

Bagikan
Banner

Mnews.web.id

Tulis Komentar:

0 komentar: