Sosok Ayahanda Pangeran Trunojoyo ternyata masih menyimpan perdebatan dan teka-teki. Bahkan di antaranya ada yang menyebutkan bahwa ayahanda sang Pangeran tak lain adalah Amangkurat 1.
Hal inilah salah satu fenomena sejarah Madura cukup menarik yang terangkat dalam buku berjudul, "Sejarah Madura: Zaman Kerajaan, Kolonial dan Kemerdekaan,".
Tentu ada banyak fakta sejarah lainnya yang perlu dibaca dalam buku yang terbit tahun 2019 tersebut. Sejarah seputar Kontroversi Pangeran Trunojoyo hanya salah satu di antaranya.
Sebagaimana diulas dalam Channel Celurit 9 , berikut sejumlah kontroversi Pangeran Trunojoyo
pertama:, hingga saat ini ayahanda Pangeran Trunojoyo yang bernama Raden Demang Melaya Kusuma, ternyata masih misterius. Buku ini menggugurkan fakta bahwa sosok yang terbunuh dalam tragedi Pangeran Alit di ibukota Mataram tahun 1647, ternyata bukanlah Raden Demang Melaya Kusuma.
Sosok terbunuh itu tak lain adalah Raden Atmajanegara. Saudara tiri Raden Demang Melaya Kusuma.
Kemunculan sosok Raden Atmajanegara cukup menarik, karena sosoknya yang sangat minim pemberitaan. Hal ini membuat kita bertanya-tanya.
Kalo begitu, sosok Raden Demang Melaya Kusuma ini siapa?
Mengutip babad tanah Jawa dan De Graf, buku ini menyebut keberadaan seorang Adipati di Sampang, tetapi kemudian terbunuh karena bersebrangan dengan raja Mataram di tahun 1656.
De Graaf mengatakan bahwa Adipati inilah yang dimaksud dengan Raden Demang Melaya Kusuma. Ia diangkat menjadi Adipati tahun 1647 hingga 1656. Berarti, ayah pangeran Trunojoyo ini diangkat setelah tragedi pangeran Alit.
Sayangnya, hingga saat ini, sosok Raden Atmajanegara dan Raden Demang Melaya Kusuma, masih tak terpecahkan. Sangat sedikit sumber yang menceritakan keduanya.
Teka-teki berikutnya tentang Pangeran Trunojoyo yang dirangkum, yaitu berdasarkan catatan Jan Franzen. Pejabat Belanda ini mencatat cerita tutur Jawa yang menyebutkan bahwa ayahanda Pangeran Trunojoyo sesungguhnya adalah Amangkurat 1.
Konon, ada salah seorang selir Amangkurat yang hamil. Kemudian diberikan pada Pangeran Cakraningrat 1, dengan larangan menggaulinya sampai ia melahirkan. Kalau sudah dewasa sang anak diminta untuk dibawa ke istana. Cakraningrat 1 kemudian menyerahkan selir raja ini ke Putranya, yaitu Raden Demang Melaya Kusuma. Lalu lahirlah bayi yang nantinya dikenal dengan sebutan pangeran Trunojoyo.
Kalau saja ini benar. Tentu saja, fakta bahwa pangeran Trunojoyo keturunan Madura. Menjadi gugur.
Hanya saja. Perlu diketahui. Sambutan rakyat Madura atas Pangeran Trunojoyo sangatlah besar. Mereka menyambut gegap gempita keberadaan Pangeran Trunojoyo.
Bahkan, ia digadang-gadang sebagai pemimpin muda Madura masa depan.
Artinya apa? Sambutan luar biasa ini tentu karena asal-usul Pangeran Trunojoyo itu sendiri yang memiliki trah kuat darah biru leluhur Madura.
Kalo saja Pangeran Trunojoyo tidak punya darah biru leluhur Madura, keberadaannya pastilah ditolak oleh rakyat Madura.
Karenanya, orang-orang Madura menganggap bahwa Pangeran Trunojoyo sebagai pewaris yang sah sebagai pemimpin mereka.
Mengalir dalam darah Pangeran Trunojoyo itu dua trah istimewa antara trah Madura barat dan Madura timur.
Dari trah Madura barat, ia adalah putra Raden Demang Melaya Kusuma. Yang mana leluhurnya adalah Prabu Brawijaya, raja Majapahit.
Sementara sang ibunda adalah keturunan raja Sumenep yang sangat legendaris, yang dicintai seluruh rakyat Madura, yaitu Jokotole atau Jaran Panoleh. Yang mana istri Jokotole adalah putri dari raja Majapahit.
Kehadiran buku yang memuat Sejarah Madura di tiga zaman ini tentunya patut diapresiasi. Mengingat langkanya buku-buku yang mengulas sejarah Madura. Lebih-lebih dalam edisi yang cukup lengkap hingga tiga peralihan zaman.
Tak kalah luar biasa. Karena dalam acara halal bihalal nasional warga Madura Mei tahun 2022 lalu di Gedung Negara Grahadi Surabaya, inisiator terbitnya buku sejarah ini mengatakan akan menyebarkan buku tersebut ke masyarakat Madura. Termasuk menyerahkan ke pemerintah kabupaten sebanyak 1000 eks. []
Tulis Komentar:
0 komentar: