Sekitar Juli tahun 1947, Belanda mengerahkan segenap kekuatan militer untuk menguasai kembali Madura. Tidak hanya berupa senjata mutakhir, berupa tank, panser dan pesawat-pesawat tempur udara, juga merekrut orang-orang Madura sebagai tentara. Para tentara ini kemudian duel dengan pasukan Sabil Madura di kota Pamekasan. Ternyata, pasukan Belanda yang terdiri dari orang-orang Madura ini kebal senjata dan kebal peluru.
Pada 1947, membonceng NICA, Belanda kembali ke Indonesia untuk mencengkeram bumi Pertiwi. Mereka memakai taktik pecah-belah, yaitu dengan mendirikan negara-negara boneka. Di antaranya termasuk ingin mendirikan Negara Madura, tetapi masyarakat Madura memilih angkat senjata.
Mengutip buku "Peranan Resimen 35 Jokotole, Beserta Laskar Sabilillah, BPRT, dan Persindo, dalam Perang Kemerdekaan ke-1 di Madura", dijelaskan bahwa untuk melumpuhkan perlawanan orang-orang Madura, Belanda mengambil jalan cepat. Mereka mengerahkan kekuatan militer yang tidak tanggung-tanggung, mulai dari menerjunkan tank, amfibi, hingga pesawat-pesawat tempur udara.
Baca Juga: Perang Sabil di Madura Mengusir Kompeni-Belanda
Tidak cukup itu. Belanda juga merasa penting merekrut orang-orang Madura sendiri, untuk dijadikan pasukan penumpas para pejuang Madura. Pasukan Belanda yang terdiri dari orang-orang Madura ini diberi nama, Pasukan Cakra.
Di bulan Juli, militer Belanda mulai menggetarkan Madura dengan peralatan perangnya yang tidak sebanding dengan para pejuang Madura. Setelah amfibi yang melesak di pantai-pantai Madura barat, kemudian diikuti oleh tank-tank yang menyalak. Demikian juga pesawat-pesawat tempur udara yang meneror di atas langit.
Untuk menghadapi kekuatan militer Belanda yang urakan tersebut, semula para pejuang yang dikoordinir oleh Resimen 33 Jokotole ini menggunakan taktik gerilya. Walau mampu menahan laju militer Belanda, namun lama-lama perlawanan para pejuang Madura kewalahan. Tiba saatnya, militer Belanda memasuki Madura tengah, yaitu Pamekasan.
Namun para pejuang Madura mulai menaikkan status perlawanan. Diputuskan untuk menjadikan kota Pamekasan sebagai "Nerakanya Tentara-tentara Belanda".
Untuk itu, disusunlah rencana untuk melakukan perang habis-habisan di kota Pamekasan. Seluruh kekuatan militer Madura pun mulai dipusatkan dalam pertempuran "Mati Sahid", di kota Pamekasan.
Kebal Senjata dan Peluru
Terdapat peristiwa yang cukup menegangkan dalam perang mati Sahid yang dipusatkan di kota Pamekasan.
Di tengah gemuruh perang yang keras, para pejuang merangsek menghampiri tank-tank musuh, meski resikonya kena hantam luncuran bom, terjadilah fenomena yang cukup menggetarkan.
Ceritanya, para pejuang yang nekat maju untuk duel satu lawan satu melawan tentara Belanda, ternyata tak satupun dari tentara Belanda yang terluka.
Bacokan hingga tembakan senjata, sama sekali tak mampu menembus tubuh para tentara Belanda, yang sebetulnya adalah pasukan Cakra.
Pasukan Belanda yang terdiri dari orang-orang Madura sendiri itu, rupanya kebal senjata, bahkan kebal peluru.
Namun kebal senjata itu, justru membuat para pejuang kian mengamuk. Menggunakan tombak, keris atau celurit, para pejuang menyerang kepala, leher, dan semua bagian tubuh yang bisa diserang.
Dan kemudian terbukalah rahasianya. Para tentara Belanda itu, bagian kepala, leher tangan dan titik tertentu lainnya, ternyata luka kena senjata. Para pejuang, rupanya tak menyadari bahwa para tentara Belanda itu, semuanya dibekali rompi anti peluru.
Begitu rahasianya terbongkar, semangat perang para pejuang kian berkobar. Sebaliknya, semangat perang tentara Belanda langsung surut. Mereka pun mundur dengan korban yang cukup banyak.
Juga Baca: Antek-Antek Kompeni dan Laskar-Laskar Madura
Episode perlawanan tanpa kompromi orang-orang Madura dengan penjajahan kompeni ini, memang banyak tak terpublikasikan. Sekalipun menyimpan perjuangan keras dan panjang masyarakat Madura demi bumi Pertiwi []
Tulis Komentar:
0 komentar: