Jombang (Mnews.web.id) - Kiai Sholeh Darat ternyata pernah menolak permintaan Raden Ajeng (RA) Kartini untuk menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Indonesia.
Hal ini diungkapkan oleh KH Agoes Ali Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, Jawa Timur, dalam acara Peringatan 13 tahun wafatnya Abdurrahman Wahid, atau yang akrab dipanggil Gus Dur, di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu (21/12/2022).
"Kemudian beliau menerjemahkan Al-Qur'an tersebut dengan menggunakan aksara Pegon," papar kiai yang akrab dipanggil Gus Ali itu.
Dijelaskan Gus Ali, penolakan untuk penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia tersebut memiliki alasan tersendiri, yaitu untuk menghindari pengawasan Belanda kala itu.
"Kalau permintaan RA Kartini dituruti, kiai-kiai di kampung akan diuber-uber Belanda, sehingga dapat membuat para kiai tidak bisa mengajar ngaji. Karena itu, langkah yang dilakukan oleh Kiai Sholeh Darat merupakan bagian dari strategi perjuangan,"terangnya.
Baca Juga: Inilah Kata Kunci Untuk Memahami Cara Pikir Gus Dur Versi Yenny Wahid
Dalam kesempatan tersebut, Gus Ali juga memaparkan bahwa Kiai Sholeh Darat merupakan salah satu di antara dua ulama besar yang mewariskan sanad keilmuan yang luar biasa. Satunya lagi adalah KH. M. Kholil bin Abdul Latief al-Bangkalan Madura.
"Keduanya juga sama-sama melahirkan kader-kader ulama yang top-markotop. Termasuk di antaranya adalah KH. Hasyim Asy'ari, yang juga nyantri kepada beliau berdua," imbuhnya []
Tulis Komentar:
0 komentar: