Surabaya (Mnews.web.id) - Manusia memiliki pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran yang bisa dipelajari. Melalui pola-pola tersebut, kita bukan hanya bisa mengetahui kesehatan kejiwaan seseorang. Bahkan bisa membentuk pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran yang kita inginkan.
Hal ini disampaikan oleh dr. Hafid Algristian, Sp.KJ. dari RSI Jemursari, dalam acara Ngaji Bareng Dokter Spesialis, bertajuk "Menangkal Gangguan Jiwa karena Semua Orang Bisa Kena", digelar oleh Pesantren KidsPreneur Al Madina di Jl. Bratang Binangun IX No. 25-27 Surabaya, Minggu (26/2/2023).
Pria yang juga dosen UNUSA tersebut kemudian mencontohkan pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran tertentu yang tertanam pada seorang pengidap gangguan jiwa.
"Beberapa waktu lalu sempat viral, tentang seorang perempuan yang shalat di tengah jalan. Lengkap dengan mukenanya. Masalahnya, warga sekitar menyebutkan bahwa perempuan tersebut adalah orang yang mengalami gangguan jiwa yang berat," katanya.
Ditegaskan dr Hafid, fenomena orang yang mengalami gangguan jiwa berat, tetapi dia masih melakukan shalat setiap waktu, sebetulnya bisa dijelaskan secara ilmu kesehatan jiwa.
"Prinsipnya adalah bahwa jika seseorang secara terus-menerus melakukan sesuatu secara berulang setiap waktu, maka pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran itu nantinya menjadi perilaku bawah sadar. Artinya, jika Allah mencabut pikiran sadar kita sebagaimana kisah viral perempuan tadi, maka yang tersisa adalah pikiran tidak sadar kita," paparnya.
Singkatnya, sambung dr Hafid, jika seseorang memiliki pola kebiasaan yang selalu dilakukan setiap waktu, maka kebiasaan-kebiasaan tersebut secara otomatis akan akan tetap muncul sekalipun ia kehilangan pikiran sadarnya.
"Kalau kita memiliki kebiasaan-kebiasaan ibadah yang selalu dilakukan setiap waktu, maka saat kita kehilangan pikiran sadar, kebiasaan-kebiasaan ibadah tersebut akan tetap tertanam dan melekat dalam perilaku bawah sadar kita," jelasnya.
dr Hafid kemudian menceritakan pengalaman tentang pasien-pasien gangguan jiwa yang ditanganinya. Sejumlah pasien yang sudah kehilangan kesadarannya, tetapi menariknya, pasien tersebut terus-menerus melantunkan dzikir.
"Karena itu, lama-lama akhirnya saya dapat membedakan, mana pasien-pasien saya yang punya kebiasaan berdzikir dan mama yang tidak," tandasnya.
dr Hafid juga menyinggung tentang pola asuh anak, yaitu tentang pentingnya membentuk pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran anak sejak dini. Maka sejak usia dini, anak harus dipertemukan dan ditempatkan di lingkungan yang baik.
Pemberian Cinderamata |
"Karena apa? Karena kita menyadari sebagai orang tua yang tidak sempurna. Kita datangkan lingkungan yang baik untuk anak-anak kita, untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan pola perilaku, pola perasaan dan pola pikiran yang baik di masa depan untuk anak sejak dini," imbuhnya.
Pembagian Sembako
Pada acara Ngaji Bareng Dokter Spesialis kali ini, juga diadakan Belanja Sembako Murah sebagai wujud menjalankan amanah donatur. Jamaah bisa membeli dengan harga di bawah pasar.
Belanja Sembako Murah |
Siti Solehah (60), warga Kenjeran, merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan belanja Sembako murah.
"Semoga pengajian seperti ini bisa terus langgeng, karena kita bisa dapat banyak ilmu yang penting bagi kehidupan kita," tandasnya.
Syarif Thayib, Pengasuh Pesantren Kidspreneur Al Madina Surabaya, menjelaskan, belanja sembako lebih murah dari harga kulak diberikan kepada jemaah majelis dzikir tahaddus binni'mah/umum rutin tiap Minggu pagi.
"Dan di bulan Ramadhan, Insya Allah digelar tiap hari di jam Bukber. Harapan kita, bisa membantu ekonomi jamaah di tengah lonjakan harga hingga lebaran nanti," pukas dosen Uinsa tersebut []
Tulis Komentar:
0 komentar: