Translate

slider

Terbaru

Navigasi

Takdir Getir Dewi Retnadi, Putri Raja Majapahit yang Sulit Diobati

Sekujur tubuh putri raja Majapahit yang bernama Dewi Retnadi itu berbau busuk. Sudah lama ia terkena penyakit cacar. Belum ada satu pun tabib yang mampu menyembuhkan. Oleh sebab penyakitnya itu, maka ia diasingkan. Dalam kesunyian, Dewi Retnadi hanya bisa menangis. Tanpa suara. 

Sejak beberapa bulan lamanya, Istana Majapahit sangat bising. Bunyi alat-alat pertukangan bertalu-talu. Menggebrak-gebrak udara. Kerajaan Majapahit sedang punya proyek membangun benteng kota yang kokoh dan pintu gerbang yang kuat. Para empu dari penjuru negeri diundang. Bukan hanya agar proyek segera selesai, tetapi agar hasilnya juga tiada banding.

Dari sekian banyak empu, Raja telah meminta banyak informasi. Sekiranya ada tabib ampuh untuk menyembuhkan penyakit sang putri. Demikianlah, hari terus berlalu. Seberapa banyak tabib, penyakit cacar sang putri tokh tetap tak tersembuhkan.

Sebagai seorang perempuan, penyakit tersebut telah menjatuhkan rasa percaya diri dan rasa ingin hidup Dewi Retnadi. Jika tubuh sudah tidak memiliki hal-hal indah, kecuali hanya kulit yang menghitam, bahkan wajah yang kini tak memiliki rupa. Lalu, apa lagi hal yang bisa dibanggakan oleh seorang perempuan? 

Takdir yang tak bisa ditolak. Ia hanya sanggup mencemburui secara diam-diam keriangan orang-orang di luar sana. 

Akan halnya Raja. Kesibukannya memantau pembangunan benteng dan pintu gerbang membuatnya lupa akan nasib sang putri. Terlebih, walaupun telah mengerahkan semua empu di seluruh negeri, tetapi penyelesaian pintu gerbang tidak kunjung sesuai dengan rencana.  

Pembangunan benteng itu sangatlah penting. Di Blambangan, penguasanya sedang membangkang. Ia memiliki kekuatan yang besar, sehingga harus dihadapi dengan persiapan yang besar pula.

Baca Juga: Dinasti Cakraningrat; Napak Tilas Kerajaan yang Mempersatukan Seluruh Madura

Tibalah hari, di mana para empu mulai banyak berjatuhan karena lelah yang luar biasa. Di tengah keputus-asaan para empu, terdengar kabar tentang munculnya sosok anak muda yang sangat berbakat. Konon, ia adalah putra salah seorang empu yang juga sedang berjibaku menyelesakan proyek pembangunan. 

Demikianlah. Tanpa diduga sama sekali. Proyek pembangunan yang lama sekali selesainya itu, yang bahkan sampai memakan korban jiwa para empu, telah terselesaikan berkat kedatangan anak muda itu. 

Meski diberi hadiah yang sangat banyak oleh raja, anak muda yang bernama Jokotole itu ternyata tetap rendah hati. Raja sangat gembira. Terlebih, ketika anak muda itu memilih untuk tetap tinggal di istana Majapahit.

Melihat bakatnya, Raja mengangkatnya sebagai patih muda. Bersama patih senior, ia diperintahkan untuk menggempur penguasa Blambangan yang sedang giat membangun kekuatan militer. Kepada Jokotole, raja berjanji jika ia berhasil dalam tugasnya, ia akan dinikahkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Dewi Maskubambang. 

Juga Baca: Pangeran Cakraningrat dan Tragedi Kecupan Berdarah di Kapal Kompeni

Patih muda Jokotole berhasil menumpas pembangkangan penguasa Blambangan. Namun karena adanya hasutan jahat dari patih senior, Jokotole yang sedianya dinikahkan dengan Dewi Maskubambang, malah dinikahkan dengan Dewi Retnadi oleh raja Majapahit. Putri raja yang telah lama terkena penyakit cacar tak tersembuhkan. 

Bertambah gembiralah raja, sebab Jokotole menerima pilihan itu dengan jiwa yang lapang.  

Di kamar Dewi Retnadi. Malam berjalan seolah sangat gemerlap. Dewi Retnadi gembira tak alang-kepalang. Bukan karena lelaki di hadapannya itu tampan, perkasa dan gagah berani. Tetapi karena lelaki itu, ternyata memiliki hati yang baik.  

Lebih-lebih, ketika lelaki yang kini menjadi suaminya itu, tidak ragu-ragu dan tidak malu-malu untuk memboyongnya pulang. Pulang ke kampung halamannya di Sumenep []

Bagikan
Banner

Mnews.web.id

Tulis Komentar:

0 komentar: